Profesor Go Ban Hong
(lahir 21 Oktober 1925 di Gorontalo) adalah pensiunan guru besar ilmu tanah di Institut Pertanian Bogor. Pak Go adalah panggilan akrab mantan dosen Ilmu Tanah di IPB.
Baca : Daftar Ilmuwan Indonesia
Prof Go Ban Hong menurut Prof. Andi Hakim Nasution adalah orang yang amat cerdas, di mana thesis S1-nya (tahun 1950an) hanya berjumlah 12 lembar, tapi daftar pustakanya tidak kurang dari 100. Setelah lulus Sarjana Pertanian, ia mulai kerja di Balai Penjelidikan Tanah, Bogor pada tanggal 31 Januari 1953,dengan tujuan ingin mendapatkan gelar doktor. Sejak itulah, beliau memulai karir sebagai peneliti tanah.
Go Ban Hong mendapat gelar Doktorat dari IPB tahun 1957 di bawah asuhan Profesor Jan van Schuylenborgh dengan disertasi berjudul Penjelidikan tentang neratja hara mineral dari padi sawah (Oryza sativa l.). Ia juga sebagai pelopor kesuburan tanah dengan riset pemupukan NPK untuk meningkatkan hasil panen padi dataran rendah tahun 1959. Ia menjabat sebagai Direktur Lembaga Penjelidikan Tanah dari tahun 1962-1966.
Go Ban Hong memetakan jenis tanah pulau Jawa skala 1:250,000 tahun 1966. Ia terkenal sebagai pakar kesuburan tanah dan konservasi tanah di Indonesia. Ia terkenal dengan konsep fenomena kelelahan tanah di Indonesia dan kondisi tanah yang banyak sakit, karena terus-menerus terkuras akibat produksi padi yang selalu digenjot. Ia menemukan bahwa tanah yang subur semakin langka, daya produksi pangan semakin mundur, tanah-tanah semakin terkuras khususnya humus karena irigasi dan pupuk pabrik, sehingga tanah memadat dan keras pada musim hujan dan becek di musim air berkelimpahan. Tanaman kahat air di musim kemarau dan kahat udara segar di musim becek, dan manfaat pupuk pabrik menurun drastis. Ia menyarankan agar selalu memperhatikan pemberian bahan baku kompos, pupuk kandang/hijau, masa istirahat tanah diperhatikan, serta mengurangi kebutuhan air irigasi yang berkelebihan. Ia juga menyarankan waktu itu, bahwa padi gogo berpotensi lebih tinggi daripadi sawah.
Ia juga mengkampanyekan, agar tidak terlalu bertumpu pada padi/beras sebagai sumber enersi/karbohidrat. Ini dibuktikan sendiri, karena ia termasuk orang yang sangat sedikit makan nasi, sarapan pagi cukup dengan pisang.
Prof.Dr.Ir. Go Ban Hong semenjak pensiun dari Guru Besar Institut Pertanian Bogor tahun 1987, pernah menjadi Dosen Fakultas Pertanian dan Guru Besar di Universitas Sintu Maroso, Poso, Sulawesi tengah. ia juga menjabat sebagai Direktur Federation for Indonesian Speleological Activities (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) di Bogor, yang mempromosikan lingkungan hidup.
Pada tanggal 24 Januari 2008, Pak Go mendapat penghargaan Anugeraha Sewaka Winayaroha dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia.
Sumber: Sam Setyautama, Suma Mihardja. 2008. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Gramedia.
Go Ban Hong, J. Van Schuylenborgh. 1960. On the mineral nutrition of lowland rice. (Oryza sativa). Netherlands Journal of Agricultural Science 1960 Vol. 8 pp. 305-316.
Baca : Daftar Ilmuwan Indonesia
Prof Go Ban Hong menurut Prof. Andi Hakim Nasution adalah orang yang amat cerdas, di mana thesis S1-nya (tahun 1950an) hanya berjumlah 12 lembar, tapi daftar pustakanya tidak kurang dari 100. Setelah lulus Sarjana Pertanian, ia mulai kerja di Balai Penjelidikan Tanah, Bogor pada tanggal 31 Januari 1953,dengan tujuan ingin mendapatkan gelar doktor. Sejak itulah, beliau memulai karir sebagai peneliti tanah.
Go Ban Hong mendapat gelar Doktorat dari IPB tahun 1957 di bawah asuhan Profesor Jan van Schuylenborgh dengan disertasi berjudul Penjelidikan tentang neratja hara mineral dari padi sawah (Oryza sativa l.). Ia juga sebagai pelopor kesuburan tanah dengan riset pemupukan NPK untuk meningkatkan hasil panen padi dataran rendah tahun 1959. Ia menjabat sebagai Direktur Lembaga Penjelidikan Tanah dari tahun 1962-1966.
Go Ban Hong memetakan jenis tanah pulau Jawa skala 1:250,000 tahun 1966. Ia terkenal sebagai pakar kesuburan tanah dan konservasi tanah di Indonesia. Ia terkenal dengan konsep fenomena kelelahan tanah di Indonesia dan kondisi tanah yang banyak sakit, karena terus-menerus terkuras akibat produksi padi yang selalu digenjot. Ia menemukan bahwa tanah yang subur semakin langka, daya produksi pangan semakin mundur, tanah-tanah semakin terkuras khususnya humus karena irigasi dan pupuk pabrik, sehingga tanah memadat dan keras pada musim hujan dan becek di musim air berkelimpahan. Tanaman kahat air di musim kemarau dan kahat udara segar di musim becek, dan manfaat pupuk pabrik menurun drastis. Ia menyarankan agar selalu memperhatikan pemberian bahan baku kompos, pupuk kandang/hijau, masa istirahat tanah diperhatikan, serta mengurangi kebutuhan air irigasi yang berkelebihan. Ia juga menyarankan waktu itu, bahwa padi gogo berpotensi lebih tinggi daripadi sawah.
Ia juga mengkampanyekan, agar tidak terlalu bertumpu pada padi/beras sebagai sumber enersi/karbohidrat. Ini dibuktikan sendiri, karena ia termasuk orang yang sangat sedikit makan nasi, sarapan pagi cukup dengan pisang.
Prof.Dr.Ir. Go Ban Hong semenjak pensiun dari Guru Besar Institut Pertanian Bogor tahun 1987, pernah menjadi Dosen Fakultas Pertanian dan Guru Besar di Universitas Sintu Maroso, Poso, Sulawesi tengah. ia juga menjabat sebagai Direktur Federation for Indonesian Speleological Activities (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) di Bogor, yang mempromosikan lingkungan hidup.
Pada tanggal 24 Januari 2008, Pak Go mendapat penghargaan Anugeraha Sewaka Winayaroha dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia.
Sumber: Sam Setyautama, Suma Mihardja. 2008. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Gramedia.
Go Ban Hong, J. Van Schuylenborgh. 1960. On the mineral nutrition of lowland rice. (Oryza sativa). Netherlands Journal of Agricultural Science 1960 Vol. 8 pp. 305-316.
Comments
Post a Comment