Skip to main content

Handojo Tjandrakusuma

Handojo Tjandrakusuma (terlahir Tjan Dhiam Bo; lahir di Pacitan, Jawa Timur, 20 November 1938; umur 73 tahun adalah seorang dokter yang mengabdikan dirinya bagi rehabilitasi para penderita cacat tubuh. Ia belajar kedokteran di Universitas Airlangga, Surabaya, lulus 1966.
Menangani orang cacat
Sebagai dokter muda, ia diperhadapkan dengan pilihan: bekerja di kota besar atau memikul tanggung jawab dan menemani orangtuanya yang sudah lanjut usia yang saat itu tinggal di Solo. Ia memutuskan untuk ke Solo. Untuk memudahkan mencari kerja, ia melamar untuk bekerja di RC (Rehabilitation Center) Solo. Dasar pilihannya sederhana saja, hanya karena tidak banyak dokter yang berminat akan bidang ini. Di RC,
Handojo bekerja di bawah dr. Soeharso, direktur pusat rehabilitasi itu. Lama-kelamaan ia semakin tertarik akan pelayanan itu, dan akhirnya jatuh cinta untuk berkarya di RC dan YPAC (Yayasan Penderita Anak-anak Cacat). Setelah tiga bulan melayani di RC, Handojo akhirnya bertekad untuk menutup praktik pribadinya di sore hari. Padahal praktiknya itu cukup laris. Setiap hari tidak kurang dari 30 orang pasien yang datang berobat. Handojo menutup praktiknya setelah ia berunding dengan istrinya. Kini kehidupannya sepenuhnya bergantung kepada gaji pegawai negeri. Ibunya dan teman-teman dekatnya menganggap Handojo agak sinting. Beberapa bulan sesudah tutup praktik, anaknya sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Sesudah sembuh, ternyata ia tidak punya cukup uang untuk melunasi biaya rumah sakit. Terpaksa ia pinjam uang kepada ibunya.
Pendidikan di Lebanon
Tahun 1968 Handojo dikirim tugas belajar di Lebanon selama enam bulan. Ia belajar bersama sejumlah dokter dari negara-negara lain, yang dikirim oleh WHO, organisasi kesehatan dunia dari PBB. Lebanon dipilih karena di sana ada banyak sekali korban perang yang membutuhkan latihan ketrampilan untuk bisa mengatasi cacat tubuh mereka.
Dr. Soeharso memang membangun RC seusai perang kemerdekaan, setelah melihat banyaknya korban cacat tubuh yang perlu ditangani.
Mengembangkan pelayanan berbasis masyarakat
Ketika menangani klinik Cerebral Palsy (CP) di Solo, Handojo mengamati tempat asal para pasien. Ternyata di antara mereka ada pula penderita yang berasal dari desa-desa terpencil. Mereka tidak terjangkau oleh pelayanan RC karena miskin dan tidak mampu pergi ke kota untuk mendapatkan perawatan. Karena itu, Handojo melibatkan masyarakat untuk menjadi kaki-tangannya. Ia memberikan latihan-latihan sederhana, mencari penderita, dan memberikan bantuan dasar hingga kualitas hidup mereka meningkat.
Untuk upaya ini, Handojo memanfaatkan tenaga-tenaga yang sudah ada di pedesaan, seperti bidan dan para petugas Keluarga Berencana. Hasilnya sangat positif, sebab para petugas itu kini mempunyai nilai lebih, dan waktu luangnya di desa dapat lebih dimanfaatkan. Semua ini jelas sangat mengurangi biaya perawatan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Berdasarkan pengalamannya itu, Handojo mendirikan lembaga yang bernama Community Base Rehabilitation Development and Training Center (CBR DTC) Prof. Dr. Soeharso di Colomadu, Solo. Kini, banyak tenaga ahli dari segala penjuru dunia datang ke Solo untuk belajar di sana.
Selain aktivitasnya di pusat rehabilitasi ini, Dr. Handojo juga aktif sebagai Ketua Pembina Yayasan Kesehatan Panti Kosala di Solo.

Penghargaan internasional
Apa yang dikerjakan Handojo bagi masyarakat ternyata diperhatikan oleh dunia internasional. Tahun 1992 ia menerima penghargaan Sasakawa Health Prize dari WHO atas jasa-jasanya mengelola usaha rehabilitasi cacat tubuh berbasis masyarakat setempat. Ia juga mendapatkan penghargaan serupa dari Universitas Alberta, Kanada.

Comments

Popular posts from this blog

Legenda Asal Mula Upacara Kasada

Upacara Kasada (Kasodo) dan Pura Luhur Poten Gunung Bromo Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan Jawa. Upacara Kasada (Kasodo) dan Pura Luhur Poten Gunung Bromo Legenda Asal Mula Upacara Kasada Menurut ceritera, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng, setelah menjelang dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta Brahma bernama Joko Seger. Pada saat Kerajaan Majapahi...

Biografi Alda Risma

Alda Risma Latar belakang Nama lahir     Alda Risma Elfariani Lahir     23 November 1982 Indonesia Bogor, Indonesia Meninggal     12 Desember 2006 (umur 24) Indonesia Jakarta, Indonesia Jenis Musik     blues, jazz Pekerjaan     penyanyi, aktris Tahun aktif     1997-2006 Perusahaan rekaman     Blackboard Pasangan     Iwan Sastrawijaya (putus) Orang tua     A. Farid R. & Halimah Alda Risma Elfariani/Alda R. binti A. Farid R. (lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1982 – meninggal di Jakarta, 12 Desember 2006 pada umur 24 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Wanita bertinggi badan 160 cm ini populer terutama melalui lagu Aku Tak Biasa. Ia pernah pula berkolaborasi dengan boyband Code Red. Kehidupan awal Alda Risma lahir di Bogor pada tanggal 23 November 1982. Ibunya bernama Halimah. Ia dibesarkan di Cikaret, ...

Nurmala Kartini Sjahrir

Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir   (lahir di Simangala Hutanamora, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, 1 Februari 1950; umur 62 tahun) adalah seorang doktor di bidang antropologi, ketua Asosiasi Antropologi Indonesia, ketua umum Partai Perjuangan Indonesia Baru, dan istri alm. DR. Sjahrir. Anak dari pasangan (alm) Bonar Pandjaitan (Osi Paulina) dan (alm) Siti Frida Br. Naiborhu dari Huta Parranggitingan, Kartini remaja adalah penggemar olahraga, tercatat ia pernah mengikuti kejuaraan renang antar provinsi tahun 1959, menjadi peserta di cabang renang PON V, tahun 1960. Beliau kini menjadi Pengurus PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) Hubungan Luar Negeri. Pada tanggal 8 Desember 1979, Kartini menikah dengan Dr. Sjahrir (anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Ekonomi periode 2007-2009). Pasangan ini dikarunia seorang putra, Pandu Patria Sjahrir yang telah menyelesaikan studi masternya di Stanford University, California, serta seorang putri, Gita Rusmida S...