Ada bermacam-macam pendapat tentang cara berpindahnya bangsa Arab dari agama Nabi Ibrahim kepada kepercayaan Watsani. Boleh jadi di antara pendapat-pendapat itu, yang lebih dekat kepada yang sebenarnya ialah yang dituturkan oleh Ibnul Kalbi yitu :
Yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah siapa-siapa yang meninggalkan kota Makkah selalu membawa sebuah batu, siambilnya sari batu-batu yang ada di Haram Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Haram itu, dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah.
Dengan demikian jelaslah sudah betapa agama Nabi Ibrahim telah campur aduk dengan kepecayaan Watsani.
Dalam keadaan yang gelap gulita ini didapati pula diantara bangsa Arab itu orang-orang yang melecehkan dan tidak suka menyembah berhala. Mereka antara lain ialah: Waraqah ibnu Naufal, Usman ibnu Huairis, Abdullah ibnu Jahsy dan Zaid ibnu Umar.
Warakah dan Usman akhirnya memeluk agam Masehi. Abdullah tetap ragu-ragu sampai datangnya agama Islam. Diwaktu agama Islam datang, lalu dianutnya, akan tetapi kemudian ditinggalkannya, dan dianutnya pula agama Masehi, sebagai yang tersiar dimasanya, tetapi jiwanya tiada puas dengan penyembahan berhala, dan agama Islam belum pula lahir lagi di awktu itu, Oleh karena itu kelihatanlah dia sebagai seorang yang menciptakan agama sendiri. Dijauhinya berhala, dan tiadalah dia mau memakan bangkai dan darah, dan berserulah dia kepada kaumnya :
"Wahai kaumQuraisy! Demi orang yang berkuasa atasku tak ada lagi diantara kamu orang yang masih berperang kepada agama Ibrahim, selain dari padaku".
Yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah siapa-siapa yang meninggalkan kota Makkah selalu membawa sebuah batu, siambilnya sari batu-batu yang ada di Haram Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Haram itu, dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah.
Dengan demikian jelaslah sudah betapa agama Nabi Ibrahim telah campur aduk dengan kepecayaan Watsani.
Dalam keadaan yang gelap gulita ini didapati pula diantara bangsa Arab itu orang-orang yang melecehkan dan tidak suka menyembah berhala. Mereka antara lain ialah: Waraqah ibnu Naufal, Usman ibnu Huairis, Abdullah ibnu Jahsy dan Zaid ibnu Umar.
Warakah dan Usman akhirnya memeluk agam Masehi. Abdullah tetap ragu-ragu sampai datangnya agama Islam. Diwaktu agama Islam datang, lalu dianutnya, akan tetapi kemudian ditinggalkannya, dan dianutnya pula agama Masehi, sebagai yang tersiar dimasanya, tetapi jiwanya tiada puas dengan penyembahan berhala, dan agama Islam belum pula lahir lagi di awktu itu, Oleh karena itu kelihatanlah dia sebagai seorang yang menciptakan agama sendiri. Dijauhinya berhala, dan tiadalah dia mau memakan bangkai dan darah, dan berserulah dia kepada kaumnya :
"Wahai kaumQuraisy! Demi orang yang berkuasa atasku tak ada lagi diantara kamu orang yang masih berperang kepada agama Ibrahim, selain dari padaku".
Acapkali pula dia menyeru Tuhan, seraya berkata :
"Wahai Tuhanku! Kalu kiranya aku ada mengetahui wajah yang paling engkau cintai, saya sembah engkau dengan perantaraanya. Akan tetapi aku tiada mengetahuinya"
Di antara orang-orang yang juga tidak mau menyembah berhala ialah : Umaiah ibnu Abish Shalt dan Quss ibnu Sa’idah al Iyadi.
Adapun di antara berhala-berhala terpenting yang disembah oleh bangsa Arab, ialah "Hubal". Hubal ini terbuat dari batu akikk berwarna merah, berbentuk manusia. Yaitu dewa mereka yang terbesar. Dia diletakkan di Ka’bah.
Disamping itu banyak lagi berhala-berhala yang lain, diantaranya yang penting:
Al lata, tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) Al lata ini adalah berhala yang paling tua.
Al ‘Uzza, tempatnya di Hejaz. Kedudukannyasesudah Hubal.
Manah, tempatnya didekat kota Madinah. Manah ini dimuliakan oleh penduduk Yatsib.
Baik pula diketahui bahwa bangsa Arab menyembah berhala-berhala ini adalah sebagai perantara kepada Tuhan, jadi pada hakekatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah.
Di antara orang-orang yang juga tidak mau menyembah berhala ialah : Umaiah ibnu Abish Shalt dan Quss ibnu Sa’idah al Iyadi.
Adapun di antara berhala-berhala terpenting yang disembah oleh bangsa Arab, ialah "Hubal". Hubal ini terbuat dari batu akikk berwarna merah, berbentuk manusia. Yaitu dewa mereka yang terbesar. Dia diletakkan di Ka’bah.
Disamping itu banyak lagi berhala-berhala yang lain, diantaranya yang penting:
Al lata, tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) Al lata ini adalah berhala yang paling tua.
Al ‘Uzza, tempatnya di Hejaz. Kedudukannyasesudah Hubal.
Manah, tempatnya didekat kota Madinah. Manah ini dimuliakan oleh penduduk Yatsib.
Baik pula diketahui bahwa bangsa Arab menyembah berhala-berhala ini adalah sebagai perantara kepada Tuhan, jadi pada hakekatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah.
"Kamu tiadalah menyembah mereka, hanya agar mereka menghampirkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya" ( Az Zummar 3)
Untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa itu, maka oleh bangsa Arab disajikan kepadanya korban-koraban dari binatang ternak. Bahkan pada suatu ketika pernah pula mereka mempersembahmkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa.
Peristiwa Abdul Mutthalib yang hampir saja menyembelih puteranya yang bernama Abdullah buat jadi koraban kepada dewa-dewa – sebagai yang akan kita tuturkan nanti – menunjukkan bahwa mempersembahkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa pernah dikerjakan oleh mereka.
Mereka pun biasa pula bertenung, dan melihat peruntungan kepada dewa-dewa itu. Bilaman seorang hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berarti, umpamanya hendak berpergian, atau kawin, pergilah ia ke Ka’bah untuk bertenung dan melihat pendapat dewa-dewa terhadap pekerjaan itu. Yang menjadi juru tenung ialah penjaga-penjaga Baitullah.
Di samping pemujaan kepada berhala-berhala, agama-agama ketuhanan pun telah pernah memasuki Jazirah Arab, sebelum datang agama Islam. Diatas telah pernah kita tuturkan tentang seorang raja Yaman yang bernama Zu Nuas. Telah kita sebutkan pula bahwa raja ini memeluk agama yahudi itu. Zu Nuas menerima agama Yahudi dari orang-orang Yahudi yang berpindah ke Yaman.
Dalam pada iti di Yatsib, Khaibar, Wadil Qura dan lain-lain ada pula orang-orang yang beragama Yahudi. Boleh jadi mereka berasal dari Palestina, atau mereka ialah bangsa Arab yang telah memeluk agama Yahudi
Agama Masehi pun pernah masuk ke Jazirah Arab. Telah kita sebut juga di atas mengenai kaum Masehi Najran yang dimusnahkan oleh Zu Nuas. Di Ghassan ada kaum Masehi, demikian pula di Yaman waktu negeri Yaman di bawah pemerintahan bangsa Habsyi, Agama Masehi datangnya ke Jazirah Arab ialah dari Siria, Mesir dan Habsyi.
Tetapi, agama Yahudi dan Masehi tiadalah tersiar betul tanah Arab.Yang demikian disebabkan adanya diskiriminasi yaitu agama Yahudi menurut bagsa yahudi adalah agama dari "suatu bangsa yang pilihan"
Kendatipun seorang Arab telah menganut agama Yahudi, namun dia tiadalah akan mendapat hak sama dengan seorang Yahudi keturunan Yahuda.
Oleh karena itu tiadalah rela bangsa Arab untuk memeluk suatu agama yang akan menempatkannyapada suatu derajat dibawah dari derajat penyeru-penyeru agama itu sendiri.
Adapun agama Masehi, Keadaannya telah terpenuhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang ruwet, yang sukar oleh otak bangsa Arab memahaminya. Juga telah dipenuhi oleh perselisihan yang sengit, yang mengakibatkan persoalan agama itu sendiri menjadi kabur, dan menjadikan orang-orang Arab yang ingin menganut agama itu akhirnya jadi berpaling daripadanya.
Peristiwa Abdul Mutthalib yang hampir saja menyembelih puteranya yang bernama Abdullah buat jadi koraban kepada dewa-dewa – sebagai yang akan kita tuturkan nanti – menunjukkan bahwa mempersembahkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa pernah dikerjakan oleh mereka.
Mereka pun biasa pula bertenung, dan melihat peruntungan kepada dewa-dewa itu. Bilaman seorang hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berarti, umpamanya hendak berpergian, atau kawin, pergilah ia ke Ka’bah untuk bertenung dan melihat pendapat dewa-dewa terhadap pekerjaan itu. Yang menjadi juru tenung ialah penjaga-penjaga Baitullah.
Di samping pemujaan kepada berhala-berhala, agama-agama ketuhanan pun telah pernah memasuki Jazirah Arab, sebelum datang agama Islam. Diatas telah pernah kita tuturkan tentang seorang raja Yaman yang bernama Zu Nuas. Telah kita sebutkan pula bahwa raja ini memeluk agama yahudi itu. Zu Nuas menerima agama Yahudi dari orang-orang Yahudi yang berpindah ke Yaman.
Dalam pada iti di Yatsib, Khaibar, Wadil Qura dan lain-lain ada pula orang-orang yang beragama Yahudi. Boleh jadi mereka berasal dari Palestina, atau mereka ialah bangsa Arab yang telah memeluk agama Yahudi
Agama Masehi pun pernah masuk ke Jazirah Arab. Telah kita sebut juga di atas mengenai kaum Masehi Najran yang dimusnahkan oleh Zu Nuas. Di Ghassan ada kaum Masehi, demikian pula di Yaman waktu negeri Yaman di bawah pemerintahan bangsa Habsyi, Agama Masehi datangnya ke Jazirah Arab ialah dari Siria, Mesir dan Habsyi.
Tetapi, agama Yahudi dan Masehi tiadalah tersiar betul tanah Arab.Yang demikian disebabkan adanya diskiriminasi yaitu agama Yahudi menurut bagsa yahudi adalah agama dari "suatu bangsa yang pilihan"
Kendatipun seorang Arab telah menganut agama Yahudi, namun dia tiadalah akan mendapat hak sama dengan seorang Yahudi keturunan Yahuda.
Oleh karena itu tiadalah rela bangsa Arab untuk memeluk suatu agama yang akan menempatkannyapada suatu derajat dibawah dari derajat penyeru-penyeru agama itu sendiri.
Adapun agama Masehi, Keadaannya telah terpenuhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang ruwet, yang sukar oleh otak bangsa Arab memahaminya. Juga telah dipenuhi oleh perselisihan yang sengit, yang mengakibatkan persoalan agama itu sendiri menjadi kabur, dan menjadikan orang-orang Arab yang ingin menganut agama itu akhirnya jadi berpaling daripadanya.
Comments
Post a Comment