Skip to main content

Alam Gunung Penanggungan

Gunung penanggungan merupakan dimana dekat sekali dekat rumahku sendiri dan sangat jelas karena tempatku berada dikaki gunung tersebut dan gunung pengununggan  tersebut merupakan gunung yang sudah lama tidak aktif dan berhimpatan dengan welirang, gunung penanggungan merupakan tempat wisata yang paling murah sekali karna tidak seperti gunung seperti biasanya yang dikit dan sejuk.
satu hal lagi kaki -kaki gunung penanggungan sudah dirusak karena dilakukan penambangan sirtu alias pasir dan batu yang sehingga kaki-kaki gunung ini berlubang lubang bahkan seolah-olah tidak punya kaki sajaGunung Penanggungan dengan ketinggian (1.659 mdpl) dahulunya bernama Gunung Pawitra yang artinya kabut, karena puncaknya yang runcing selalu tertutup kabut. Gunung Penanggungan dikelilingi oleh empat gunung di sekitarnya, yaitu Gn. Gajah Mungkur (1.084 m), Gn. Bekel (1.240 m), Gn.Sarahklopo (1.235 m), dan Gn. Kemuncup (1.238 m).
Gunung Penanggungan terletak di sebelah utara Gunung Arjuna (3339 m) dan Gunung Welirang (3156m). Gunung itu dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dari Surabaya atau Malang menuju ke Pandaan, lalu ke Trawas dan terakhir aspal di Jolotundo. Perjalanan dilanjutkan melalui jalan setapak yang relatif mudah. Disarankan membawa pemandu yang mengetahui lokasi peninggalannya.
Salah satu bagian kitab Jawa Kuna Tantu - Panggelaran yang digubah sekitar paruh pertama abad ke-16, menguraikan perihal mitologi gunung itu. Dikisahkan bahwa semula Jawadwipa selalu bergoncang goncang, terombang- ambing oleh ombak Samudra India dan Laut Jawa.
Para dewa di kahyangan telah memutuskan bahwa Tanah Jawa itu cukup baik untuk perkembangan peradaban manusia selanjutnya, oleh karena itu harus dihentikan goncangannya. Mereka lalu beramai-ramai memindahkan Gunung Mahameru (pusat alam semesta) yang semula tertancap di Jambhudwipa (India) ke Jawadwipa dengan cara menggotongnya bersama-sama, terbang di angkasa.Selama perjalanan, bagian-bagian lereng Gunung Mahameru berguguran, maka terciptalah rangkaian gunung-gunung dari Jawa bagian barat hingga Jawa Timur. Tubuh Mahameru yang berat jatuh berdebum menjadi Gunung Sumeru atau Semeru sekarang, gunung tertinggi di tanah Jawa.
Sedangkan puncaknya dihempaskan oleh para dewa jatuh di daerah selatan Mojokerto, menjelma menjadi Gunung Penanggungan sekarang, atau gunung berkabut Pawitra yang sebenarnya bagian puncak Mahameru.
Tak mengherankan kiranya apabila Gunung Pawitra telah dimuliakan sejak waktu yang lama. Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan peninggalan arkeologi yang ditemukan di lerengnya, diketahui Penanggungan disakralkan sejak abad 10 M. Inkripsi tertua yang ditemukan adalah prasasti suci yang bertanggal 18 September 929 M. Prasasti itu dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rake Hino Pu Sindok yang memerintahkan agar Desa Cunggrang dijadikan daerah bebas pajak (sima), penghasilan desa itu dipersembahkan bagi pemeliharaan bangunan suci Sanghyang Dharmasrama ing Pawitra dan Sanghyang Prasada Silunglung. Berdasarkan berita prasasti tersebut dapat ditafsirkan, pada masa itu telah terdapat bangunan suci (prasada) dan asrama bagi para pertapa di Pawitra.
Adalah pemandian kuna (patirthan) Jalatunda yang terdapat di lereng baratnya. Pemandian itu dibangun pada tahun 899 - 977 M dan masih mengalirkan air hingga sekarang. Airnya dianggap amerta (air keabadian) karena ke luar langsung dari tubuh Mahameru, gunung pusat alam yang di puncaknya terdapat swarloka, persemayaman dewa - dewa. Diduga, dahulu pernah bertakhta arca Wisnu sebagai dewa kesejahteraan manusia di bagian tengah pemandian, sekarang telah raib entah ke mana.
Air Jalatunda juga dipercaya oleh penduduk sekitar Mojokerto, Surabaya, Malang, Pasuruan sebagai air bertuah. Seseorang yang minum dan mandi di pancuran airnya (jaladwara) dapat menenteramkan pikirannya yang kacau, dan juga dipercaya dapat membuat awet muda. Ketika AIRLANGGA muda mengungsi dari Kerajaan Dharmawangsa Teguh yang hancur akibat serangan dahsyat WURAWARI (1016 M), ia lalu menyingkir ke Wanagiri, diiringi sahabat setianya
HAYAM WURUK (1350 -1389 M), raja Majapahit yang suka jalan-jalan itu pun pernah mampir di lereng timur Pawitra untuk menikmati keindahan. Disebutkan dalam Kakawin Nagarakrtagama pupuh 58 : 1, sang raja singgah di Cunggrang, asrama para pertapa yang terletak di tepi jurang yang curam. Dari tempat itu pemandangan ke arah Pawitra sangat menawan.
Peninggalan sejumlah besar monumen dan artefak dari masa silam (abad 10 - 16 M) di lereng Penanggungan itu dilaporkan oleh arkeolog Belanda WF. STUTTERHEIM (1925). Eksplorasi awal itu hanya mengungkapkan kekayaan peninggalan kuna di kawasan tersebut. VR. VAN ROMONDT, insinyur yang arkeolog, mengadakan penelisikan secara menyeluruh di situs Gunung Penanggungan. Hasilnya sungguh menakjubkan!
Di Penanggungan ditemukan tidak kurang dari 80 kepurbakalaan. Terdapat sekitar 50 monumen berupa punden berundak-undak dengan tiga altar persajian di teras teratasnya. Dinding punden-punden berundak adayang dihias dengan relief centa Sudhamala (kisah ruwat Dewi Durga), Arjunawiwaha (perkawinan Arjuna dengan Bidadari), Panji (kisah roman antara putra mahkota Janggala dan putri Kediri), Ramayana, dan kisah-kisah hewan. Kepurbakalaan lainnya berupa gua-gua pertapaan, deretan anak tangga batu mendaki bukit, area-area, gentong-gentong batu, altar persajian tunggal, batu dihias relief, prasasti, ribuan pecahan gerabah dari berbagai bentuk.
Berdasarkan tafsiran dari berbagai bentuk data yang tersedia, baik berupa monumen, area-area, prasasti, uraian kitab kuna Arjunawiwaha, Nagara krtagama, Arjunawijaya, Tantu Panggelaran, dan lainnya lagi, dapat diketahui dalam era Hindu-Buddha di Jawa, Gunung Pawitra merupakan pusat kegiatan kaum resi atau karsyan. Para resi adalah mereka yang mengundurkan diri dari dunia ramai, memilih hidup menyepi di keheningan alam pegunungan dan kehijauan hutan yang masih asri.
Gunung Pawitra dijadikan pusat aktivitas keagamaan kaum resi, tentu berdasarkan pemikiran bahwa Pawitra tidak lain dari puncak Mahameru itu sendiri. Apabila para resi dan kaum pertapa itu bermukim di lerengnya, berarti lebih mendekati rahmat dewa, lebih mudah berkomunikasi dengan dunia Swarloka, tempat Girinatha (Siwa) dan dewa-dewa lainnya bersemayam.
Transportasi
Gunung itu dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dari Surabaya atau Malang menuju ke Pandaan, lalu ke Trawas dan terakhir aspal di Jolotundo. Perjalanan dilanjutkan melalui jalan setapak yang relatif mudah.
Misteri, Legenda
Dikisahkan bahwa semula Jawa dwipa selalu bergoncang-goncang, terombang- ambing oleh ombak Samudra India dan Laut Jawa. Para dewa di kahyangan telah memutus kan bahwa Tanah Jawa itu cukup baik untuk perkembangan pera daban manusia selanjutnya, oleh karena itu harus dihentikan goncangannya. Mereka lalu beramai -ramai memindahkan Gunung Maha meru (pusat alam semesta) yang semula tertancap di Jambhudwipa (India) ke Jawadwipa dengan cara menggotongnya bersama-sama, ter bang di angkasa.
Selama perjalanan, bagian-bagian lereng Gunung Mahameru bergugu ran, maka terciptalah rangkaian gunung-gunung dari Jawa bagian barat hingga Jawa Timur. Tubuh Mahameru yang berat jatuh berdebum menjadi Gunung Sumeru atau Semeru sekarang, gunung tertinggi di tanah Jawa.
Sedangkan puncaknya dihempas kan oleh para dewa jatuh di daerah selatan Mojokerto, menjelma menjadi Gunung Penanggungan sekarang, atau gunung berkabut Pawitra yang sebenarnya bagian puncak Mahameru.

Comments

Popular posts from this blog

Legenda Asal Mula Upacara Kasada

Upacara Kasada (Kasodo) dan Pura Luhur Poten Gunung Bromo Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan Jawa. Upacara Kasada (Kasodo) dan Pura Luhur Poten Gunung Bromo Legenda Asal Mula Upacara Kasada Menurut ceritera, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng, setelah menjelang dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta Brahma bernama Joko Seger. Pada saat Kerajaan Majapahi...

Biografi Alda Risma

Alda Risma Latar belakang Nama lahir     Alda Risma Elfariani Lahir     23 November 1982 Indonesia Bogor, Indonesia Meninggal     12 Desember 2006 (umur 24) Indonesia Jakarta, Indonesia Jenis Musik     blues, jazz Pekerjaan     penyanyi, aktris Tahun aktif     1997-2006 Perusahaan rekaman     Blackboard Pasangan     Iwan Sastrawijaya (putus) Orang tua     A. Farid R. & Halimah Alda Risma Elfariani/Alda R. binti A. Farid R. (lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1982 – meninggal di Jakarta, 12 Desember 2006 pada umur 24 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Wanita bertinggi badan 160 cm ini populer terutama melalui lagu Aku Tak Biasa. Ia pernah pula berkolaborasi dengan boyband Code Red. Kehidupan awal Alda Risma lahir di Bogor pada tanggal 23 November 1982. Ibunya bernama Halimah. Ia dibesarkan di Cikaret, ...

Nurmala Kartini Sjahrir

Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir   (lahir di Simangala Hutanamora, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, 1 Februari 1950; umur 62 tahun) adalah seorang doktor di bidang antropologi, ketua Asosiasi Antropologi Indonesia, ketua umum Partai Perjuangan Indonesia Baru, dan istri alm. DR. Sjahrir. Anak dari pasangan (alm) Bonar Pandjaitan (Osi Paulina) dan (alm) Siti Frida Br. Naiborhu dari Huta Parranggitingan, Kartini remaja adalah penggemar olahraga, tercatat ia pernah mengikuti kejuaraan renang antar provinsi tahun 1959, menjadi peserta di cabang renang PON V, tahun 1960. Beliau kini menjadi Pengurus PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) Hubungan Luar Negeri. Pada tanggal 8 Desember 1979, Kartini menikah dengan Dr. Sjahrir (anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Ekonomi periode 2007-2009). Pasangan ini dikarunia seorang putra, Pandu Patria Sjahrir yang telah menyelesaikan studi masternya di Stanford University, California, serta seorang putri, Gita Rusmida S...