Skip to main content

Alam Semeru

Semeru merupan Gunung tertinggi di pulau jawa yang berapa diprovinsi jawatimur tepatnya terletak pada bagian beberapa kabupaten yaitu pasuruan, probolinggo Lumajang, malang dan gunung semeru merupakan yang akti sampai detik ini, bahkan baru-baru ini dinyatakan waspada.
Para wisatawan sampai detik juga tidak henti-hentinya untuk berkunjung ke semeru karena keindahan yang MasyALLOH luar biasa indahnya, baik itu wisatawan lokal maupun interlokal.
Dan Daya tarik dari gunung Semeru ini sendiri adalah pemandangannya yang sangat indah selama perjalanan menuju puncak Mahameru. Untuk mendaki puncak gunung Semeru diperlukan waktu sekitar empat hari pulang-pergi. Bagi para pendaki yang ingin kesana dapat menempuh kota Malang ataupun kota Lumajang. Jalur pendakian pertama dimulai dari Pos Ranu Pani yang letaknya berada di kaki gunung Semeru. Kemudian pendaki akan melewati perkebunan penduduk kemudian menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang dan bunga edelweiss. Pendakian kemudian berlanjut melewati jalur dengan batu terjal dengan pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara bercampur dengan hutan pinus.
Setelah melewati jalur tersebut, pendaki dapat beristirahat atau mendirikan tenda di Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo adalah sebuah tempat dengan pemandangan indah berupa danau dengan air yang bersih dan banyak ikan. Di tempat ini juga sering terlihat dan menjadi habitat dari burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m  dengan luas sekitar 14 Ha.
Selanjutnya pendaki akan memasuki hutan cemara dimana kadang dijumpai hewan liar seperti kijang dan burung. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang. Setelah melewati hutan cemara, pendaki akan sampai di Pos Kalimati untuk beristirahat ataupun bertenda. Pos Kalimati berada pada ketinggi 2.700 m dengan pemandangan padang rumput luas di tepi hutan cemara.
Dari Pos Kalimati pendaki sekarang menuju Arcopodo dengan ketinggian 2.900 m yang merupakan wilayah vegetasi terakhir dari pendakian ke puncak gunung Semeru. Pemandangan selama perjalanan menuju Arcopodo dihiasi oleh hutan cemara dan jalur yang sedikit menantang. Selama perjalanan pendaki akan dihadapi oleh medan terjal dengan kondisi tanah yang kurang stabil dan mudah longsor.
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Di puncak Semeru, pendaki dapat melihat pemandangan yang menakjubkan dengan hamparan awan mengelilingi wilayah pegunungan beserta pemandangan deretan pegunungan tinggi yang terhampar di Pulau Jawa.
Berdasarkan cerita masyarakat, gunung Semeru mempunyai Legenda tersendiri. Legenda itu merupakan sebuah cerita berdasarkan kepercayaan dari masyarakat yang mengakuinya. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata,Hyang, dan mahluk halus.
Pada saat tulisan ini ditulis, saya sendiripun belum pernah kesana. Tetapi dengan penggambaran dan cerita dari teman-teman yang sudah pernah kesana, ada keinginan yang kuat dari diri sendiri dan mengatakan, “suatu saat nanti saya pasti akan bertandang ke Gunung Semeru untuk menjelajah dan menikmati panoramanya!”.

Comments

Popular posts from this blog

Legenda Asal Mula Upacara Kasada

Upacara Kasada (Kasodo) dan Pura Luhur Poten Gunung Bromo Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan Jawa. Upacara Kasada (Kasodo) dan Pura Luhur Poten Gunung Bromo Legenda Asal Mula Upacara Kasada Menurut ceritera, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng, setelah menjelang dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta Brahma bernama Joko Seger. Pada saat Kerajaan Majapahi...

Biografi Alda Risma

Alda Risma Latar belakang Nama lahir     Alda Risma Elfariani Lahir     23 November 1982 Indonesia Bogor, Indonesia Meninggal     12 Desember 2006 (umur 24) Indonesia Jakarta, Indonesia Jenis Musik     blues, jazz Pekerjaan     penyanyi, aktris Tahun aktif     1997-2006 Perusahaan rekaman     Blackboard Pasangan     Iwan Sastrawijaya (putus) Orang tua     A. Farid R. & Halimah Alda Risma Elfariani/Alda R. binti A. Farid R. (lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1982 – meninggal di Jakarta, 12 Desember 2006 pada umur 24 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Wanita bertinggi badan 160 cm ini populer terutama melalui lagu Aku Tak Biasa. Ia pernah pula berkolaborasi dengan boyband Code Red. Kehidupan awal Alda Risma lahir di Bogor pada tanggal 23 November 1982. Ibunya bernama Halimah. Ia dibesarkan di Cikaret, ...

Nurmala Kartini Sjahrir

Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir   (lahir di Simangala Hutanamora, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, 1 Februari 1950; umur 62 tahun) adalah seorang doktor di bidang antropologi, ketua Asosiasi Antropologi Indonesia, ketua umum Partai Perjuangan Indonesia Baru, dan istri alm. DR. Sjahrir. Anak dari pasangan (alm) Bonar Pandjaitan (Osi Paulina) dan (alm) Siti Frida Br. Naiborhu dari Huta Parranggitingan, Kartini remaja adalah penggemar olahraga, tercatat ia pernah mengikuti kejuaraan renang antar provinsi tahun 1959, menjadi peserta di cabang renang PON V, tahun 1960. Beliau kini menjadi Pengurus PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) Hubungan Luar Negeri. Pada tanggal 8 Desember 1979, Kartini menikah dengan Dr. Sjahrir (anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Ekonomi periode 2007-2009). Pasangan ini dikarunia seorang putra, Pandu Patria Sjahrir yang telah menyelesaikan studi masternya di Stanford University, California, serta seorang putri, Gita Rusmida S...