Skip to main content

Taufik Abdullah

Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda

Kebangsaan     Indonesia
Pekerjaan     Sejarawan

Taufik Abdullah (lahir di Bukittinggi, 3 Januari 1936; umur 76 tahun) adalah sejarawan Indonesia.

Pendidikan

Taufik memperoleh gelar kesarjanaannya dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra & Kebudayaan UGM Yogyakarta (1961). Kemudian dia melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar master dan doktor di Universitas Cornell, Ithaca, Amerika Serikat (1970). Disertasinya Scholl and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra, diterbitkan oleh Universitas Cornell pada tahun 1971. Selain jalur formal, dia juga pernah mengikuti orientasi program East-West Centre di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat.

Karier

Taufik mengawali karir sebagai peneliti di LIPI, dengan jabatan Kepala Bagian Umum Majalah Ilmu Pengetahuan Indonesia (Biro MIPI), Jakarta (1962-1963) dan Asisten Peneliti Leknas LIPI (1963-1967). Kemudian ia menjadi Peneliti Leknas (1967-1974), Direktur Leknas LIPI (1974-1978) dan Peneliti Leknas LIPI (1978), sampai menjabat sebagai Ketua LIPI (2000-2002).

Di luar negeri, Taufik aktif sebagai peneliti dan pegiat sosial. Dia menjadi peneliti di Departemen Ilmu Politik Universitas Chicago, Universitas Wisconsin, dan Netherlands Institute for Advanced Studies in the Humanities and Social Science (NIAS) Wassenaar. Lalu menduduki posisi penting di institusi lintas bangsa, seperti Ketua Komite Eksekutif Program Kajian Asia Tenggara (ISEAS) Singapura, Wakil Presiden Asosiasi Ilmu Sosial Asia Tenggara Kuala Lumpur, serta Wakil Presiden Asosiasi Sosiologi Internasional Dewan Riset Sosiologi Agama.

Selain sebagai seorang peneliti, Taufik juga merupakan seorang penulis yang cukup aktif. Tulisannya tersebar di berbagai media dan jurnal, baik lokal maupun luar negeri. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 30 buku yang berhasil diselesaikannya. Atas karya-karyanya itu, pada tahun 2009 Taufik memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Indonesia.

Karya

    Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933), 1971
    Tentang Pemuda dan Pembangunan: Kumpulan Esei, 1972
    Aspek Reformasi Islam di Indonesia, 1976
    Islam di Indonesia: Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi, 1974
    Islam di Asia Tenggara, 1976
    Arah Gejala dan Perspektif Studi Sejarah Indonesia, 1980
    Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, 1982
    Manusia Dalam Kemelut Sejarah, 1983
    Ilmu Sejarah Dan Histografi, 1985
    Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan, 1985
    Dari Peristiwa ke Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia: Kumpulan Karangan, 1985
    Islam and Society in Southeast Asia, 1986
    Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia, 1987
    Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia, 1987
    Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, 1990
    Amanat Sejarah Ummat Islam Indonesia, 1991
    Sejarah ummat Islam Indonesia, 1991
    Pemuda dan Perubahan Sosial, 1991
    Sang Jenderal, 1991
    Film Indonesia: bagian I : 1900-1950, 1993
    Pengalaman, Kesadaran, dan Sejarah, 1995
    50 Tahun Indonesia Merdeka: 1945-1965, 1995
    Islam dan Pluralisme di Asia Tenggara, 1996
    Konsep Fungsi Ganda Koperasi di Indonesia, 1996
    The Heartbeat of Indonesian Revolution, 1997
    Walk in Splendor: Ceremonial Dress and The Minangkabau, 1999
    Pemikiran dan Peradaban, 2002
    Pemikiran Islam di Nusantara Dalam Perspektif Sejarah: Sebuah Sketsa, 2002
    Sejarah Umat Islam Indonesia, 2003
    Muncul dan Berkembangnya Faham-faham Keagamaan Islam di Indonesia: Periode Reformasi Islam, 2008
    Indonesia: Towards Democracy, 2009

Comments

Popular posts from this blog

Navigate Interesting Bromo

Gunung Bromo adalah pemandangan tempat wisata utama di Jawa Timur yang dapat dilihat dari puncak Gunung Penanjakan yang memiliki ketinggian 2.774 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi kisaran Tengger atas. Para pengunjung dapat melihat matahari terbit yang indah, laut pasir dan pemandangan Gunung Bromo. Gunung Bromo bisa diakses dari Malang dan Surabaya hanya hanya 95 km. Selain itu, kita dapat melihat keunikan tradisi masyarakat Tengger, yang memiliki pekerjaan bersama dalam budaya Tengger kegiatan ritual masih ada seperti Kasada, Karo, Unan-unan, Entas-entas, dan Purnama Tilem. Jika pengunjung pergi ke sana, mereka akan menemukan panorama spektakuler di sepanjang jalan mereka, dilengkapi dengan udara segar dan jalan berliku-liku hily. Its diakses dari Pasuruan melalui Wonokitri - Tosari Bromo telah dikenal oleh semua pengunjung dunia. Mereka datang ke Bromo untuk menyaksikan matahari terbit. Pengunjung juga dapat melihat ke bawah ke kawah yang penuh asap,...

Biografi Alda Risma

Alda Risma Latar belakang Nama lahir     Alda Risma Elfariani Lahir     23 November 1982 Indonesia Bogor, Indonesia Meninggal     12 Desember 2006 (umur 24) Indonesia Jakarta, Indonesia Jenis Musik     blues, jazz Pekerjaan     penyanyi, aktris Tahun aktif     1997-2006 Perusahaan rekaman     Blackboard Pasangan     Iwan Sastrawijaya (putus) Orang tua     A. Farid R. & Halimah Alda Risma Elfariani/Alda R. binti A. Farid R. (lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1982 – meninggal di Jakarta, 12 Desember 2006 pada umur 24 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Wanita bertinggi badan 160 cm ini populer terutama melalui lagu Aku Tak Biasa. Ia pernah pula berkolaborasi dengan boyband Code Red. Kehidupan awal Alda Risma lahir di Bogor pada tanggal 23 November 1982. Ibunya bernama Halimah. Ia dibesarkan di Cikaret, ...

suku tengger di Desa Wonokitri

Mengantar Roh Menghadap Hyang Widi Hong wilaheng mangkudaya jagad dewa bathara eyang jagad pramudita ingkang miwiti, ndugiaken kajate saking bapak Sudarmiko kang sedekah ngentas dateng siti dermaipun ……… . Itulah sepenggal bacaan mantra yang diucapkan sang dukun Suku Tengger, Supayadi, ketika acara hajatan entas-entas dari keluarga Sudarmiko alias Ikok, di Balai Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Ya, sang dukun antara lain bertugas sebagai pengantar upacara adat, termasuk entas-entas. Sebagai pengantar upacara adat, sang dukun tidak digaji, tetapi ia menerima dari masyarakat secara sukarela. Entas-entas adalah sebuah acara adat untuk mengentas leluhur yang sudah meninggal. Di acara tersebut rangkaiannya antara lain rakan tawang, mohon ijin kepada yang akan ditempati. Kedua, merniti (menghitung leluhur yang akan diswargakan atau yang akan dientas). Esok dilanjutkan ngelukat sebagai acara puncak atau pembersihan leluhur. Di tengah-tengah membacakan mantranya, ...