Kawasan Taman Lawang yang terkenal sebagai tempat para waria mangkal ternyata menyimpat jejak-jejak sejarah yang menentukan masa depan perjalanan negara Republik Indonesia.
Tepatnya di Museum Sasmitaloka di Jalan Dr. Latuharhary No. 65 Taman Lawang atau Jalan Lembang No. 58 (karena pintu masuknya ada di jalan Lembang) merupakan bekas rumah dinas Men/Pangad (Menteri Panglima Angkatan Darat) Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani. Disinilah Jenderal yang tidak suka beromong kosong dan selalu serius, disegani
kawan dan lawan serta dikenal loyal terhadap Republik dan Presiden Soekarno dibunuh secara kejam, dihadapan anak-anaknya oleh gerombolan Tjakrabirawa (yang dikemudian hari ternyata diketahui merupakan korban fitnah orde baru)
Rumah ini menyimpan banyak kenangan. Masih banyak barang-barang asli yang tersimpan dan terawat sangat baik. Bahkan sisa-sisa tembakan peluru di dinding dan jendela pintu kaca masih dibiarkan seperti artinya. Sungguh memilukan seorang yang amat berjasa dan berprestasi dalam menumpas berbagai pemberontakan seperti PRRI/Permesta, DI/TII serta pemberontakan lain yang ditunggangi asing; harus berakhir tragis di depan anak-anaknya oleh muntahan pelor pada dinihari 1 Oktober 1965 pukul 04.35 WIB.
Tepatnya di Museum Sasmitaloka di Jalan Dr. Latuharhary No. 65 Taman Lawang atau Jalan Lembang No. 58 (karena pintu masuknya ada di jalan Lembang) merupakan bekas rumah dinas Men/Pangad (Menteri Panglima Angkatan Darat) Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani. Disinilah Jenderal yang tidak suka beromong kosong dan selalu serius, disegani
kawan dan lawan serta dikenal loyal terhadap Republik dan Presiden Soekarno dibunuh secara kejam, dihadapan anak-anaknya oleh gerombolan Tjakrabirawa (yang dikemudian hari ternyata diketahui merupakan korban fitnah orde baru)
Rumah ini menyimpan banyak kenangan. Masih banyak barang-barang asli yang tersimpan dan terawat sangat baik. Bahkan sisa-sisa tembakan peluru di dinding dan jendela pintu kaca masih dibiarkan seperti artinya. Sungguh memilukan seorang yang amat berjasa dan berprestasi dalam menumpas berbagai pemberontakan seperti PRRI/Permesta, DI/TII serta pemberontakan lain yang ditunggangi asing; harus berakhir tragis di depan anak-anaknya oleh muntahan pelor pada dinihari 1 Oktober 1965 pukul 04.35 WIB.
Mari kita melongok rumah peninggalan Jenderal A. Yani ini, yang buka setiap hari pukul 08.00 – 14.00, kecuali hari Senin.Minibar dengan pintu terbuka menuju kamar tidur Jenderal Ahmad Yani
Pak Yani merupakan lulusan akademi militer Amerika yang bergengsi di Westpoint, maka teman-teman dan sahabatnya banyak. Di minibar inilah dia menjamu tamu-tamu asing dengan minuman beralkohol padahal ia sendiri bukan merupakan seorang peminum.Memorabilia lain di kamar Pak Yani: beliau ternyata fans The BeatlesSpoilerfor Prasasti di ruang makan yang merupakan tempat dimana Pak Yani ambruk setelah ditembak dan gugur:Spoilerfor Pintu kaca tempat Pak Yani di tembak:Di pintu ini Pak Yani menempeleng prajurit Tjakrabirawa yang kurang ajar. Dan setelahnya ditembak dan kemudian diseret di sepanjang lorong (lihat gambar di bawah ini)
Spoilerfor Setelah ditembak, jenazah Pak Yani diseret menuju arah kanan lorong. Darahnya membanjir di lantai sepanjang lorong ini.:Spoilerfor Foto asli yang menunjukkan jejak-jejak darah saat jenazah Pak Yani diseret dengan keji di sepanjang lorong:
Fakta:
Fakta:
Walau Pak Yani adalah orang penting, ia tidak pernah membawa masalah pekerjaan ke rumah. oleh karenanya ia tidak punya yang namanya “ruang kerja” di rumahnya. Yang ada hanyalah ruang kerja ajudannya. Ia juga merupakan suami yang selalu membantu isterinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bayangkan, padahal ia adalah seorang Jenderal!
[sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/50bef87c2c75b4473a000000/jejak-sejarah-indonesia-di-taman-lawang/]
Comments
Post a Comment