Skip to main content

Grebeg Memetri Desa Wonosari

Grebeg Memetri Desa Wonosari Tahun 2009 sudah dimulai sejak tanggal 15 Agustus 2009 yang di isi dengan berbagai macam acara di antaranya

jalan Sehat dengan memperebutkan berbagai macam door prize serta di iringi dengan orkes melayu Al - Hikmah dari Dusun Mesagi setelah itu pada malam harinya selain di meriahkan dengan pesta obor juga tidak ketinggalan pula ada parade banteng dari beberapa dusun ikut unjuk kebolehan setelah itu bertempat di panggung kehormatan di adakan atraksi pencak silat yang di ikuti oleh 7 dusun dan sebagai puncak acara panitia mendatangkan para pendekar dari Perguruan silat Teratai Putih yang sebagian besar merupakan anak muda dimana di antaranya ada yang pernah menjadi juara Nasional maupun di tingkat Dunia.Sedangkan acara pada tanggal 16 Agustus 2009 panitia menggelar acara berupa kesenian ujong yang di ikuti peserta dari berbagai desa di Kecamatan Tutur, tak lupa untuk mengiringi acara tersebut panitia juga mengelar acara
berupa campur sari dengan harapan agar lebih semarak.Baru pada tanggal 17 Agustus 2009 setelah upacara bendera panitia menggelar acara berupa parade pelajar yang ikuti mulai dari siswa Taman kanak-kanak sampai tingkat SMU, alhamdulilah antusias penonton cukup bagus sehingga acara bisa berjalan dengan lancar.Dan sebagai puncak acara Grebeg Memetri Desa Wonosari Tahun 2009 digelar Parade Ancak yang di ikuti oleh 7 dusun dan 1 dari Pengelola Pasar Desa Wonosari.Dengan mengambil start di Dusun Putuk di mana sebelum dimulai terlebih dahulu di adakan Istighosah bertempat di masjid Putuk yang di ikuti oleh Bapak Kepala Desa Wonosari, Kepala Dusun, Tokoh masyarakat serta para tokoh agama.Dan pada kesempatan ini pula acara grebeg ini juga selain akan ditutup secara simbolis oleh Bapak Bupati Pasuruan yaitu Bapak DR Dade Angga.Urut-urutan peserta ancak yang pertama adalah 2 orang pembawa gunungan kemudian para dayang-dayang dan di belakangnya baru cak dan ning pembawa pita sebagi simbol di bukanya parade ancak yang akan di lakukan oleh Bapak Bupati Pasuruan yang sudah menunggu di depan Pendopo Kecamatan Tutur baru setelah itu iring-iringan Perangkat Desa Wonosari baru di belakangnya simbol Grebeg yang mengambil simbol berupa Macan Putih yang membawa Kepala Sapi baru setelah itu Ancak yang pertama dari Pengelola Desa Wonosari yang di kawal langsung oleh seluruh karyawan pasar di bantu oleh para tukang ojek dengan mengambil tema ancak berupa Pendopo Agung yang berisikan seluruh dagangan yang berada di Pasar Desa Wonosari setelah itu iring-iringan yang ke 2 adalah Ancak dari Dusun Putuk dengan mengambil tema dari Adat suku Dayak dimana seluruh peserta yang berjumlah kurang lebih ada 250 orang keseluruhannya mengunakan pakaian adat dari suku Dayak cukup menarik menurut pendapat dari beberapa penonton yang melihat, ancak dari Dusun Putuk di pimping langsung oleh Kepala Dusunnya yaitu Bapak Drs. H. Achmad Roji setelah itu barisan ancak yang ke 3 yaitu Parade Ancak dari Dusun Wonosari Tengah dengan Komandannya yaitu Bapak Kepala Dusunnya Bapak Mariyono SE. Dusun Wonosari Tengah mengambil tema Jawa Timur dengan simbol ancak berupa Suro dan Boyo serta para pengiringnya juga mengunakan baju suroboyoan yang berjumlah kurang lebih 275 orang dengan keseniannya berupa Tari Remo yang nanti akan di pertunjukan di hadapan para undangan tertutama di hadapan Bapak Bupati Pasuruan.Dan iring-iringan yang ke 4 adalah dari Dusun Ngadipuro dengan Kepala Dusune Bapak Bambang dengan mengambil tema yang lain dari pada yang lain berupa Hotel Yamato dengan bendera merah putih biru di atasnya, seluruh pengiring kebanyakan mengunakan baju model jaman kemerdekaan dengan miniatur meriam dari bambu yang di bawa oleh adik-adik kecil, Dusun Ngadipuro mengambil fragmen berupa penyobekan bendera belanda di hotel Yamato Surabaya. Dan iring-iringan yang 5 yaitu dari Dusun Wonosari Barat dengan Kepala Dusunnya yaitu Bapak Bagong dengan mengambil tema ancak berupa Buto Sruntol yang di iringi dengan Kesenian Jaran Goyang yang di ikuti kurang lebih 300 orang, tidak hanya orang dewasa yang ikut iring-iringan ini tetapi anak-anak juga ikut serta dengan mengunakan baju warna loreng khas orang Madura juga mengunakan topeng menambah keserasian dengan keseniannya.Dibelakangnya baru ancak dari Dusun Pasar Baru dengan Kepala Dusunnya Bapak M. Sarbini dengan mengambil tema dari Budaya Bali lengkap mulai dari penari pendet, penari kecak yang terdiri dari anak-anak kecil serta tak lupa ancak berupa Barong,Leak dan ogoh-ogoh yang di bawa secara bergilirin oleh para peserta yang umumnya terdiri dari orang dewasa dengan mengunakan baju khas Bali.Dibelakang ancak Dusun Pasar Baru yaitu ancak dari Dusun Kalang Anyar dengan Kepala Dusunnya Bapak Edi Sumantoro dengan mengambil tema ancak berupa Garuda Wisnu yang di iringi kesenian berupa barongsai yang di ikuti peserta kirang lebih berjumlah 200 orang dan yang terakhir ancak dari Dusun Mesagi dengan Kepala Dusunnya Bapak Subiantoro dengan mengambil tema ancak berupa kepala, tetapi yang paling menarik adalah barisan pembaca pisang yang berjumlah 30 curung yang nantinya akan di bagi-bagi tidak hanya para undangan tetapi juga para penonton yang sudah berjubel mulai dari tadi pagi berkurumun di sepanjang jalan yang akan di lalui oleh peserta anbak yang akan finish di lapangan umum Nongkojajar.
Sumber : http://[agrotechtelecenter.blogspot.com]

Comments

Popular posts from this blog

Biografi Alda Risma

Alda Risma Latar belakang Nama lahir     Alda Risma Elfariani Lahir     23 November 1982 Indonesia Bogor, Indonesia Meninggal     12 Desember 2006 (umur 24) Indonesia Jakarta, Indonesia Jenis Musik     blues, jazz Pekerjaan     penyanyi, aktris Tahun aktif     1997-2006 Perusahaan rekaman     Blackboard Pasangan     Iwan Sastrawijaya (putus) Orang tua     A. Farid R. & Halimah Alda Risma Elfariani/Alda R. binti A. Farid R. (lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1982 – meninggal di Jakarta, 12 Desember 2006 pada umur 24 tahun) adalah penyanyi dan aktris Indonesia. Wanita bertinggi badan 160 cm ini populer terutama melalui lagu Aku Tak Biasa. Ia pernah pula berkolaborasi dengan boyband Code Red. Kehidupan awal Alda Risma lahir di Bogor pada tanggal 23 November 1982. Ibunya bernama Halimah. Ia dibesarkan di Cikaret, Bogor Selatan. Sejak tahun 1980, Alda dan orangtuanya tinggal di rumah tersebut.  Karier Ia menjadi populer melalui lagu Aku Tak B

Dr. Handrawan Nadesul

Dr. Handrawan Nadesul (lahir di Karawang, Jawa Barat, 31 Desember 1948; umur 63 tahun) adalah seorang dokter, penyair, dan penulis di Indonesia. Ia juga menulis artikel, opini kesehatan, dan menjadi narasumber untuk media  bagi masalah-masalah kesehatan dan juga menulis puisi. Karya-karyanya telah dimuat dan diterbitkan di media massa nasional sejak tahun 1968. Dr. Handrawan menjadi penulis sejak tahun 1972  dan sejak itu banyak menulis artikel opini, kolom di sejumlah media cetak. Lebih dari 1.500 artikel ditulis sampai 2008, 74 judul buku kesehatan, dan seminar kesehatan untuk awam di sejumlah kota besar. Di Bogor pada tahun 1981 dia sempat membentuk Dokter Kecil yang beranggotakan 400-an murid SD yang berprestasi di sekolah masing-masing, dan juga menggerakkan kader Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) di tingkat kelurahan. Ia bercita-cita menulis artikel kesehatan dan buku untuk mencerdaskan rakyat dan mengangkat derajat kesehatan ketika status kesehatan sebagian raky

Damayanti Rusli Sjarif

Lahir     30 Januari 1959 (umur 53)Indonesia Padang, Sumatera Barat, Indonesia Kebangsaan     Indonesia Pekerjaan     Dokter Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K), (lahir di Padang, Sumatera Barat, 30 Januari 1959; umur 53 tahun) adalah pakar penyakit nutrisi dan metabolik anak berkewarganegaraan Indonesia. Saat ini Damayanti berprofesi sebagai dokter spesialis anak pada Bagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Penyakit Anak FKUI/RSCM Jakarta. Saat di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Damayanti pernah menjadi pelajar teladan tingkat SMP se-Kodya Bandung dan Provinsi Jawa Barat pada tahun 1974. Begitu pula setelah tamat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 1983, Damayanti ditugaskan di sebuah puskesmas daerah terpencil di Nusa Tenggara Timur (NTT). Karena kesungguhannya dalam bertugas, wanita pencinta buku ini meraih penghargaan sebagai dokter teladan puskesmas. Setelah bertugas di daerah, Damayanti melanjutkan studinya dengan mengamb